Sejenak kita renungkan betapa kuat keinginan seorang balita yang ingin
berdiri, beberapakali dia mencoba. Mungkin tak tebilang berapa kali dia
terjatuh. Setelah dia bisa berdiri kemudian belajar melangkahkan kaki untuk mulai
berjalan, tapi baru beberapa langkah “ brak” terjatuh. Jera kah, putus asa kah
dia ? jawabannya pasti tidak. Dengan usahanya yang gigih dan pantang menyerah
akhirnya balita sukses bisa berlari.
Ternyata pada diri setiap orang ada naluri untuk sukses walaupun tanpa
dipelajari terlebih dulu. Yaitu sebuah
kesuksesan yang diharapkan,baik sukses profesi, berkeluarga,dan bermasyarakat.
Bagi kita sebagai manusia dewasa yang sudah sempurna akal pikirannya yang
merupakan modal dari Allah Aza Wajalla untuk meraih kesuksesan.
Kembali ke balitadi atas, bila kita renungkan adakah perasaan pesimis
dalam belajar mulai dari belajar merangkak, berdiri, berjalan,pasti tidak
karena semua itu sudah fitrah yang menyertai stiap diri manusia.
Pertanyaannya masih berlakukah fitrah tersebut bagi manusia dewasa.
Jawabanya pasti masih berlaku ,apalagi manusia dewasa ditambah dengan modal
lain yang harus dikembangkan kemampuannya yaitu akal fikiran.
Seringkali kita dalam mulai melangkah, ada yang disebut dengan
“MAEROH” ( dibaca terbalik ) yang artinya malas, sehigga yang pertama kali
muncul adalah bayangan kegagalan, kerugian, malu. Orang dewasa kebanyakan ingin
meraih kesuksesan secara instan